Search posts by:

Search posts by:

Newsletter successfully sent
Failed to send newletter

AnalysisSSESSMENTS: Analisis Detail Dampak COVID-19 Terhadap Bisnis, Permintaan Polymer di Pakistan

Author: SSESSMENTS

Ringkasan:

  • Lockdown telah berdampak pada industri Pakistan yang merupakan pilar utama perekonomian negara
  • Pasar polymer di Pakistan mengalami penurunan karena permintaan yang rendah
  • Pakistan memperkirakan kontraksi ekonomi hingga akhir tahun setelah pandemi COVID-19
  • Pemerintah telah memberikan stimulus ekonomi agar naik dari awal bulan Maret

Pakistan pertama kali mengumumkan bahwa warganya telah terinfeksi COVID-19 pada tanggal 26 Februari dengan kematian pertama yang disebabkan oleh virus ini terjadi pada tanggal 20 Maret. Jumlah kasus yang dikonfirmasi pada tanggal 6 Mei adalah sebanyak 22.250 kasus, dengan tingkat pemulihan mencapai 6.217 orang.

Mengantisipasi penyebaran COVID-19, lockdown sebagian dilaksanakan sejak pertengahan bulan Maret dengan lockdown nasional mulai tanggal 1 April. Lockdown menyebabkan semua pabrik dan fasilitas pendukungnya berhenti beroperasi. Aktivitas terbatas yang tersisa, seperti "memindahkan barang bolak-balik antara pelabuhan dan pusat manufaktur masih diperbolehkan, tetapi tidak ada banyak barang untuk dipindahkan," menurut sumber pasar yang dikutip dari Pakistan.

Penutupan yang terjadi pada pertengahan bulan menyebabkan tingkat produksi industri hanya mencapai setengah atau lebih rendah dari kapasitas per bulan. Hal ini menciptakan krisis likuiditas di seluruh perindustrian. Sementara pemerintah kemudian mewajibkan gaji pekerja bulan Maret dibayar penuh, industri mengatakan mereka akan melepaskan kesejahteraan pekerja di bulan berikutnya jika tidak ada langkah konkret.

COVID-19 memperburuk perekonomian Pakistan yang sudah rapuh, di mana permintaan internal telah ditekan selama dua tahun karena kenaikan suku bunga dan depresiasi rupee. Laporan pada bulan Februari 2020 ketika COVID-19 tidak berdampak memberikan gambaran yang sangat mencekik, terutama untuk Manufaktur Skala Besar (LSM). Pengeluaran pemerintah untuk sektor publik yang lebih rendah dari tahun sebelumnya, perlambatan kegiatan konstruksi swasta dan pengeluaran konsumen kecil untuk barang tahan lama menyebabkan LSM Pakistan tercatat mengalami 3,03% dari kontraksi untuk 9MFY20.

Lockdown nasional, yang seharusnya berakhir pada tanggal 15 April, kemudian diperpanjang hingga tanggal 30 April. Kerugian lockdown ini dapat mencapai angka PKR2,5 triliun ($15,6 miliar), hasil dari penilaian pemerintah yang diumumkan pada tanggal 2 April. Bank Negara Pakistan (SBP) juga mengatakan bahwa pertumbuhan Pakistan akan bertahan untuk pertama kalinya sejak tahun 1952. SBP merilis laporan bahwa PDB Pakistan akan berkontraksi 1,5% pada tahun 2020 dengan 1-2% dari kemungkinan pertumbuhan pada tahun berikutnya. Penilaian suram yang diberikan oleh Dana Moneter Internasional (IMF) itu menyatakan bahwa pertumbuhan Pakistan dapat berkontraksi sebesar 1,5% pada TA2020 dengan Bank Dunia memperkirakan adanya penurunan sebanyak 1,3% dengan kemungkinan pertumbuhan pada tahun berikutnya hanya 1%.

Untuk menyelamatkan dan menstabilkan kembali perekonomian negara dalam menghadapi COVID-19, pemerintah yang dipimpin oleh Perdana Menteri Imran Khan pada tanggal 24 Maret sepakat untuk merilis paket stimulus ekonomi yang ditujukan untuk semua sektor ekonomi sebesar PKR1,2 triliun ($7,4 milyar). Paket stimulus ekonomi ini dapat terealisasi setelah adanya pembiayaan tambahan sebesar $3,7 miliar dari tiga kreditor multilateral: $1,4 miliar dari Dana Moneter Internasional (IMF); $1 miliar dari Bank Dunia; dan $1,25 miliar dari Asian Development Bank.

Sebagai bagian dari stimulus ini, pemerintah memberi warga negara PKR3.000 ($18) untuk periode empat bulan melalui program sosial utamanya (program BISP). Program stimulus khusus untuk orang-orang rentan (program Ehsaas) juga dikeluarkan dengan rumah tangga menerima Rs12.000 ($74) untuk mendukung konsumsi selama lockdown. Kedua program akan menanggung sebanyak 12 juta keluarga yang juga menerima manfaat dari pemotongan harga minyak dan pemberian bantuan untuk tagihan listrik dan gas.

Bank sentral juga menawarkan perpanjangan satu tahun pada pinjaman bisnis. Jumlah pinjaman yang ditangguhkan mencapai lebih dari Rs1 triliun ($ 6,2 miliar) yang terdiri dari 250.000 subjek peminjam. Selain itu, bank sentral Pakistan juga memberikan pembiayaan lunak kepada perusahaan yang mempertahankan pekerja selama pandemi ini. Kebijakan terbaru SBP dengan memangkas suku bunga acuan menjadi 9% menjadikan Pakistan negara paling agresif di dunia untuk mengurangi basis poinnya hingga 425 bps sejak tanggal 17 Maret.

Pada tanggal 15 April, pengecualian diberikan kepada sektor pertanian dan industri dengan kewajiban ekspor, untuk beroperasi secara parsial. Perkembangan ini sangat penting mengingat bahwa sekitar 64% dari PDB dan 75% lapangan kerja Pakistan berasal dari dunia industri. Urgensi untuk mengkonsumsi komoditas domestik, terutama minyak, juga didorong sejak saat itu. Pemerintah meminta para pelaku industri untuk menghentikan impor minyak mentah dan turunannya untuk bulan April ini setelah pabrik minyak nasional ditutup karena terlalu banyak menimbun. Menurut data CEIC, impor Minyak Pakistan dilaporkan pada level PKR 105.895.000 ($661.250) pada bulan Maret 2020, turun dari jumlah sebelumnya PKR169.821.000 ($1 juta) untuk bulan Februari 2020.

Kondisi yang dialami oleh industri Pakistan berdampak pada pasar Polyethylene (PE), Polypropylene (PP), dan Polyvinyl Chloride (PVC) mereka, yang mengalami pergolakan setelah memulai awal tahun dengan baik. Permintaan untuk PP, PP, dan PVC stabil dibandingkan permintaan bulan Desember 2019. Harga terkontrol sampai bulan Februari meskipun harga minyak turun setelah didukung oleh penutupan pabrik dari pemasok Timur Tengah karena adanya maintenance. Juga pada periode yang sama, kargo PP asal Vietnam mulai memasuki pasar Pakistan karena kondisi yang lesu di Cina. Namun, setelah adanya masalah coronavirus dan diikuti dengan penurunan lebih lanjut pada harga minyak mentah, para pembeli menjadi bingung. “Semua orang sangat berhati-hati dan khawatir. Mereka tidak tahu ke mana pasar akan mengarah dan lebih memilih untuk mengambil langkah mundur serta menunggu dan melihat saja,” kata seorang trader Pakistan kepada SSESSMENTS.COM.

Industri otomotif, sebagai konsumen polymer dominan di Pakistan, mengatakan telah mengalami kerugian di mana penjualan dan produksi mobil masing-masing turun hampir 50% selama tiga perempat pertama FY20 dibandingkan dengan periode waktu yang sama tahun lalu. Sebanyak 85.330 mobil terjual dibandingkan penjualan 160.359 unit tahun lalu sementara produksi kendaraan menurun dari 170.118 unit menjadi 88.628 unit, menurut data Pakistan Automobile Manufacturing Association (PAMA).

Impor Pakistan untuk Bahan plastik dilaporkan oleh CEIC pada level PKR26.016.000 ($162.454) pada bulan Maret 2020, mengalami penurunan dari jumlah PKR sebelumnya 31.283.000 ($195.343) pada bulan Februari 2020. Permintaan yang telah melemah sementara persediaan tidak berjalan secara umum dengan meroketnya pasokan milik para pemasok telah menyebabkan penurunan harga untuk produk polymer di semua grade. Secara keseluruhan, para pelaku pasar berpendapat bahwa prospek pasar polimer di Pakistan masih tetap suram di Q2 karena lockdown itu dapat diperpanjang lagi tergantung pada tingkat keparahan wabah yang sedang berlangsung. Selain itu, ekonomi negara itu diprediksi tetap rendah di Q3 jika pandemi Coronavirus berakhir tahun ini.

Tags: All Feedstocks,All Plastics,All Products,Analysis,Asia Pacific,Crude Oil,ISC,Indonesian,PE,PP,PVC,Pakistan

Published on June 8, 2020 11:07 AM (GMT+8)
Last Updated on June 8, 2020 11:07 AM (GMT+8)