Search posts by:

Search posts by:

Newsletter successfully sent
Failed to send newletter

NewsSSESSMENTS: Perusahaan Petrokimia Asia Menghadapi Margin yang Menipis Akibat Meningkatnya Harga Etana

Author: SSESSMENTS

Perusahaan-perusahaan petrokimia Asia yang telah berinvestasi dalam membangun cracker-cracker untuk mengubah etana asal AS menjadi ethylene sekarang menghadapi margin yang menipis karena kenaikan harga hidrokarbon. Cracker-cracker ini dirancang untuk mengolah etana asal AS, agar lebih kompetitif dibandingkan saingan yang menggunakan naphtha berbasis minyak yang lebih mahal.

Popularitas etana sebagai bahan baku petrokimia naik ketika produksi NGLs di AS melonjak hingga lebih dari 5 juta dari kurang dari 2 juta pada awal tahun 2010. Perusahaan-perusahaan petrokimia menginvestasikan $185 miliar dalam fasilitas pemrosesan baru untuk mengambil keuntungan dari etana yang melimpah. Etana juga diekspor ke Asia dan Eropa dimana ethylene biasanya terbuat dari naphtha.

Seperti yang dicatat SSESSMENTS.COM, Reliance Industries Ltd. India menjadi produsen Asia pertama yang menggunakan etana asal AS. Perusahaan ini menginvestasikan lebih dari $1,6 miliar untuk memproses etana AS pada tahun 2017. Perusahaan itu telah menikmati keuntungan etana selama dua tahun terakhir ketika biaya nafta lebih tinggi. SP Chemicals Holdings Ltd. memulai cracker sendiri tahun lalu di Cina. Sementara itu, Zhejiang Satellite Petrochemical Co. bertujuan memulai cracker etana berkapasitas 1,25 juta ton/tahun yang baru pada kuartal pertama tahun 2021 dan unit kedua dengan kapasitas serupa dijadwalkan untuk tahun 2022.

Namun, perusahaan-perusahaan ini sekarang menghadapi margin yang menipis karena kenaikan harga etana di tengah penurunan pasokan dan meningkatnya permintaan dari prosesor AS. Pada saat yang sama, harga patokan naphtha di Asia turun 35% dalam perbandingan tahunan karena jatuhnya harga minyak. Sumber industri mengatakan kepada SSESSMENTS.COM bahwa harga patokan etana di Mont Belvieu kemungkinan akan rata-rata berada sekitar 20 sen/galon pada tahun 2020 dan sekitar 25 sen/galon pada tahun 2021. Output NGL asal AS diperkirakan akan menurun karena produsen itu memangkas pengeluaran di tengah harga minyak yang rendah. Diperkirakan akan bangkit kembali pada tahun 2021, tetapi tidak mungkin untuk kembali sepenuhnya ke level sebelumnya.

Tags: All Products,Asia Pacific,China,Ethylene,ISC,India,Indonesian,NEA,News,PE,PET,PP,PVC,Styrenics

Published on July 2, 2020 1:18 PM (GMT+8)
Last Updated on July 2, 2020 1:18 PM (GMT+8)